Kamis, 07 September 2017

Ramadan Ala Agus Luthfi, Wakil Ketua PCNU Plus Pengusaha Properti

                  Buka Bareng Pekerja Perumahan, Merasa Dapat Berkah Kiai


Buka Bareng Pekerja Perumahan, Merasa Dapat Berkah Kiai
Di Ramadan ini Agus Luthfi memilih lebih banyak berbuka puasa bersama keluarga. Namun, sesekali dia mengadakan buka bersama dengan para pekerja bangunan di proyek propertinya.
                                                  
ADI FAIZIN,Jember
                                                  
KESIBUKAN terlihat di salah satu roko yang ada di kawasan Baratan, Patrang. Di ruko itulah Agus Luthfi, pengusaha properti di Jember, mengendalikan beberapa proyek bisnisnya. Di sela-sela kesibukannya, Agus Luthfi menyambut dengan ramah Jawa Pos Radar Jember."Silahkan duduk, Mas. Kantor ini sebentar lagi akan pindah karena kami sudah membangun kantor yang baru," ujarnya.
Barangkali Agus termasuk pengusaha yang unik. Selain sebagai pengusaha, dia juga berstatus sebagai dosen Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Jember (Unej) dan aktif dibeberapa organisasi. Sebagai dosen,sejak tiga tahun terakhir Agus disibukkan untuk menyelesaikan studi doktoralnya di bidang ilmu ekonomi di almamaternya."Alhamdulillah, lancar. Setelah lebaran, Insya Allah saya akan ujian disertasi," tutur Agus, yang meneliti sumber daya air tanah untuk penulisan disertasinya itu.
Dari dosen, alumnus magister Universitas Indonesia ini juga mendapat beberapa amanah lain, seperti sabagai staf ahli DPRD Jember bidang ekonomi. Selain itu, sebagai warga nahdliyin,

Masakan Istri Dinilai Spesial
dia juga dipercaya membantu KH Abdullah Syamsul Arifin (Gus Aab) masuk dalam kepengurusan PCNU Jember, dengan menjadi wakil ketua PcNU.
Dari situ, dia akhirnya juga menjadi salah satu anggota Dewan Penyantun Yayasan Pendidikan Nahdlatul Ulama (YPNU) yang menaungi Universitas Islam Jember (UIJ). "Di PCNU ada sembilan wakil ketua. Beberapa di antaranya non kiai, saya termasuk yang bukan kiai itu." tutur pria yang sempat menimba ilmu di Pondok Pesantren Al-Fatah, Talangsari Jember itu.
Beragam kesibukan tersebut membuat Agus harus pandai-pandai mengatur waktu, terutama antara kesibukan berbisnis dengan mengajar. Meski demikian, dia mengaku tetap mengutamakan kewajiban utamanya sebagai staf pengajar di FEB Unej."Aktivitas mengajar itu seperti refreshing buat saya. Meskipun ketika berangkat agak malas, tapi ketika sudah berada di kelas dan mengajar mahasiswa saya, semangat itu jadi timbul lagi. Kerena itu saya senang dan pertahankan tugas mengajar itu," tutur pria kelahiran 22 Mei 1965 itu.
Berbisnis, menurut Agus, juga menjadi aktualisasi dari teori-teori ilmu ekonomi yang selama ini dia tekuni di kampus. Agus mengaku sudah mulai belajar berwirausaha sejak masih kuliah S1 di Jurusan Ilmu Ekonomi Universitas Jember dengan membuka warung.
Meski demikian, Agus mengaku, bisnis properti yang kini ditekuninya bermula dari ketidaksengajaan. Semua itu bermula dari kegagalannya dalam pemilihan dekan pada 2009. Dari situ, dia mulai belajar berbisnis jual beli tanah."Karena itu saya meyakini, rencana Allah itu selalu lebih baik dari yang kita inginkan. Kalau seandainya saya jadi dekan, mungkin saya tidak punya banyak waktu untuk berbisnis karena harus disibukkan dengan urusan kantor," tutur pria asal Desa Klompangan, Ajung, Jember, ini.
Ketidaksengajaan memulai bisnis properti itu berawal dari upayanya untuk menjual sebuah tanah. Kerena tidak kunjung terjual, dia mendapat tawaran seorang pengusaha untuk bisnis properti. Tanah menganggur itu dibangun menjadi beberapa kavling rumah. Namun, di tengah jalan proyek perumahan itu tidak terjual dengan lancar, sehingga rekan bisnisnya itu memilih mengundurkan diri.
Dari situ, dia kemudian memberanikan diri untuk melanjutkan sendiri proyek tersebut."Tahun 2011 itu saya mulai belajar bisnis properti. Kemudian tahun 2013, saya secara formal di properti dengan mendirikan badan hukum," tutur alumnus SMAN 1 Jember ini.
Selama kurang lebih enam tahun berbisnis properti, Agus bersyukur belum pernah mendapat kendala yang berarti. Salah satu kuncinya adalah faktor kepercayaan. Contohnya, ketika dia mendapat kepercayaan dari keluarga almarhum Haji Ali, salah satu tokoh dan tuan tanah di Jember, untuk menggarap dua bidang tanah di Tegal Besar. Dua bidang tanah dengan luas masing-masing 8 hektare dan 16 hektare itu dia bangun menjadi proyek perumahan dengan dengan skema kerja sama."Jadi saya dipercaya membangun dan balik nama tanpa harus membeli terlebih dulu. Itu sangat berarti. Karena itulah., modal itu tidak hanya berupa uang, tapi juga kepercayaan," kata bapak tiga anak ini.
Selain itu, dia juga pernah mendapat kepercayaan dari sebuah bank untuk mendapat pembiayaan membangun sebuah proyek perumahan. Tanah yang dibangun tersebut berasal dari seorang nasabah yang wanprestasi. Agus percaya, segala kelancaran dalam berbisnis, selain berkat kerja keras dan kejujuran, juga karena faktor doa.
Ia percaya, selain dari orang tua, berkah juga dia dapat dari para guru dan kiai."Saya percaya ini berkah dari guru dan kiai-kiai saya. Selain kiai yang mengajar saya, juga kiai yang sering saya sowani selama ini," tutur Agus.
Dari situ, ia kemudian teringat salah satu kelakar atau nasihat dari almarhum Gus Dur. Menurut mantan ketua umum PBNU itu, seorang santri yang sukses tidak sekadar diukur dari amalan selama di pesantren. Kesuksesan seorang santri diukur ketika dia sudah keluar dari pesantren.
Agus juga teringat salah satu nasihat dari KH Muhyiddin Abdusshomad, pengasuh Pondok Pesantren Nuris, yang memintanya agar tidak meluapkan kerja sosial. Karena itulah, mulai tahun ini, Agus mendirikan perusahaan pertanian."Saya kan dibesarkan dari lingkungan keluarga petani. Dan petani kita masih tradisional. Saya yakin, kalau niatnya baik, Insya Allah akan diberi kelancaran," tutur pria yang juga bendahara di Keluarga Alumni Unej (KAUJE) ini.
Dalam bisnis pertanian yang masih berbentuk CV itu, Agus mengelola total 7 hektare lahan untuk ditanami padi dengan sistem modern. Tanah tersebut tidak semua dia miliki karena sebagian merupakan kemitraan dengan pemilik lahan."Sekarang masih belum panen. Kalau dengan pertanian modern ini bisa sukses, semoga modernisasi ini bisa diterapkan juga oleh petani lain," ucap Agus optimistis.
Memasuki bulan Ramadan, seperti tahun-tahun sebelumnya, Agus tetap mengutamakan buka bersama dengan keluarganya. Meski termasuk penggemar ikan laut, Agus mengaku tidak rewel untuk urusan makanan."Semua makanan istri adalah spesial buat saya dan anak-anak," ujar suami dari Herna Sulistyowati ini.
Meski demikian, sesekali dia juga meluangkan waktu untuk berbuka bersama dengan para pekerja atau tukang yang sedang mengerjakan proyek pembangunan propertinya. Dari beberapa proyek, totak kini terdapat 400 tukang yang bekerja diproyek milik Agus. Buka bersama itu juga melibatkan masyarakat di sekitar proyek propertinya."Karena beli rumah itu kan selain kualitas, juga beli suasana. Jadi kita juga perlu melibatkan tetangga sekitar agar tercipta suasana yang harmonis," pungkas pria yang juga anggota Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) ini.(c1/har)
Sumber: Jawa Pos Radar Jember Kamis, 08 Juni 2017

Tidak ada komentar:

Posting Komentar