Pikiranku
DARIMANA datangnya bunyi air yang bergemericik itu? Kucoba untuk mencarinya. Suaranya begitu enak didengar, tidak keras, namun jelas. Bau-bau pohon cemara juga kuat merasuk ke hidung ini.
Tak kuasa menolaknya. Sesekali suara burung, entah apa nama burungnya, tidaklah penting. Suaranya pun merdu seolah bernada namun melompat kesana-kemari.
Semakin jauh kaki ini melangkah, semakin jelas suara percikan air mengalir itu. Sumpailah mata ini memandang sebuah aliran air entah itu bisa disebut dengan sebuah sungai atau sebuah danau? Tetaplah tidak terlalu penting untuk dinamainya. Yang penting jiwa dan raga ini terpuaskan. Melihat sebuah aliran air lengkap dengan gemerciknya suaranya memukul apa saja yang dilewatinya.
Semua Rancangan Baik dan Indah
Udara yang melewati kulit ini juga terasa seakan membelai lembut. Dengan memang, tetapi tidak menggigit. Pas kepada kulit yang membutuhkan sebuah belaian lembut. Kupejamkan mata sejenak. Pikiran ini semakin kuat menangkap sebuah situasi alam yang damai. Bunyi air berpadu bunyi unggas diperkuat dengan bunyi angin yang terbang kesana-kemari, melompatkan diri nun jauh ke suasana surga.
Tinggal berlama-lama, menikmati, memejamkan mata, menajamkan telinga dan merasakan alunan bunyi dan angin seolah tidak ingin pergi kemana-mana lagi. Ya, aku ingin disini selamanya jawabku! Ya selamanya! Ketenangan dan kedamaian terasa kuat aromanya.
Plop! Hilang dalam hitungan detik bunyi air yang menari-nari. Suara unggas yang bersahutan. Sentuhan lembut angin dan kawannya. Ya hilang, entah kemana? Berganti dengan cepat, memaksa dan menerjang suara-suara hiruk pikuk, entah suara apa, nggak jelas! Namun aku mendengarnya dengan jernih. Kucoba kututup telinga untuk mencoba mengurangi terjangan suara tadi, namun mataku melihat suara tadi semakin kuat menerobos gendang telinga.
Seperti derap langkah kaki kuda, samar namun pasti mengarah pada pikiran saya. Tampak debu beterbangan dari jauh membuat kuda-kuda kelihatan ada dan tiada. Kelihatannya ada kuda putih, namun setelah kuamati lebih jelas, berganti cepat ke hitam, atau sudah jadi abu-abu? Begitu cepat seperti kilat bergantinnya. Memang rasanya ingin menggoda mata dan telinga saya untuk dikaburkan supaya buta dan tuli!
Tidak! Aku menjerit keras! Tidaakkk! Sekali lagi aku berteriak keras-keras! Aku mendengar dan aku melihat ada kuda putih, berganti cepat ke kuda hitam belum mata ini berkedip kuda-kuda tadi bergerak ke arah abu-abu dan hilang. Secepat burung gagak hitam beterbangan berkelompok menuju ke arah diriku. Melewati pas di atas kepalaku, refleks aku menundukkan kepala. Ternyata tidak ada apa-apa yang beterbangan. Cuma memang terdengar seperti embusan nafas yang berat sekali. Terdengarnya pun bukan di telingaku namun pas di ubun-ubun kepalaku. Panas sekali rasanya!
Kupegang kepalaku dan kugelengkan kepalaku cepat sekali, ke kiri, ke knn, ke atas dan kebawah. Bukan satu dua kali, tetapi sudah sampai itungan ke ratus kali. Baru dengungan burung gagak itu pergi, ya baru pergi? Tetap telingaku tidak mempercayainya. Mataku yang percaya duluan.
Kuatur nafasku perlahan. Pelan dan satu per satu mulai merapatkan barisan. Masuk ke sukmaku, masuk ke ragaku, masuk menembus tulang dan jantungku! Baru aku sadar dari terlelap yang panjang.
Ya aku baru mendapatkan suasana yang berbeda, antara satu dan duanya. Pikiranku membawa ke sebuah alam yang baru. Alam yang dicipta oleh pikiranku sendiri. Alam yang datang dan pikiranku yag menerimanya, lalu diolah, dimasukkan ke dalam jantung, berdetak sendiri, mau tenang atau mau gelisah?
Ketenangan bisa tercipta sedetik di dalam alam pikiran kita. Mainkanlah itu. Tidak perlu terjebak di dalam hiruk pikuk masalah yang sedang antri memasuki diri dan raga kita. Atur masalah yang akan masuk, ajaklah masalah demi masalah itu berbicara sendiri-sendiri. Jangan beri kesempatan untuk mereka berbicara bersama-sama! Tidak sopan itu. Dengarkanlah, berdialoglah dengan masalahmu. Beri tempat duduk padanya supaya masalah itu bisa sopan dan duduk dengan tenang, sembari kita menyiapkan sekadar hidangan teh dan roti untuknya.
Kalau kita terjebak dengan emosi yang ditimbulkan oleh masalah yang datang, mereka menang dan sorak-sorainya seperti suara penonton sepak bola di stadion terbesar di dunia. Jadi sekali lagi jangan beri kesempatan masalah itu menang atas diri dan jiwa kita. Kita yang harus atur mereka.
Hari-hari ini semua keadaan kita terkadang tidak jelas. Ada warna putih di pandang sebagai hitam. Ada warna hitam disebut dengan white. Tidak jelas dan suka-suka yang memberi nama. Mulai dari bangun pagi, kalau kita tidak menata pikiran kita sedemikian rupa, maka yang masuk adalah pikiran-pikiran orang lain yang akan memporak-porandakan pikiran dan diri kita.
Bukan mereka yang mengatur pikiran kita. Damai itu ada di dalam diri kita. Fokuskan diri, tetaplah tenang di tengah badai yang besar. Tetap langkahkan kaki untuk maju. Jangan Berhenti selangkahpun. Tidak ada rancangan buruk yang dibuat oleh Sang Pencipta untuk kita. Semua rancangan baik dan indah. Pikiran kitalah yang memporak-porandakan rancangan-rancangan yang baik tadi. Pikiran kita yang tidak mempercayai bahwa putih itu tetap putih bukan hitam! Kadang kalau yang lain berkata bahwa putih itu bisa juga disebut hitam, kita malah menganggukkan kepala?
Buang jauh-jauh menghitamkan sebuah warna putih. Jangan masukkan kedalam ubun-ubun kita. Putih tetap putih apapun suasana dan kondisinya. Percayai hal itu, maka lihatlah dan rasakanlah. Sebuah kejujuran akan muncul dengan sendirinya. Bunyi gemericik air itu akan jelas mendinginkan hati dan rasa kita. Bunyi unggas itupun akan jelas merdu seperti nyanyian Surga, semua bunga ikut bernyanyi, alam raya merayakan kuasa kebesaran Tuhan.
Tetaplah tenang di tengah jaman yang goyah ini. Jangan ke kanan dan jangan ke kiri. Percayalah kepada pikiran kita sendiri-sendiri. Mainkan surgamu sendiri-sendiri. Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu. Semoga bermanfaat!
*Agus Susanto
(housemusicjember@gmail.com)
Sumber: Jawa Pos Radar Jember Jember, 30 April 2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar