Pasar Tradisional
ADA acara yang diadakan Badan Perwakilan Provinsi Jawa Timur wilayah V Jember, dengan tajuk Koordinasi dan Evaluasi Pengembangan Pasar Rakyat. Acara ini membicarakan bagaimana pasar rakyat atau yang dikenal juga dengan sebutan pasar tradisional itu bisa dibuat sedemikian rupa. Sehingga bisa diajukan sertifikasi menjadi pasar rakyat yang ber-SNI.
Mindset Pedagang harus Berubah
Kepala Bakorwil Jember Cahyo Widodo memulai dengan memberikan penyadaran akan jati diri kita, jati diri dalam kehidupan sehari-hari, misalnya di dalam berbahasa sehari-hari, juga mengingatkan akan jati diri kita semua dalam hal berbangsa dan bernegara.
Kepala Bakorwil Jember yang berpenampilan dandy dan type terbuka serta berjiwa seniman, memaparkan hal tersebut dengan santai dan menarik sekali. Dilanjutkan pemaparan akan pentingnya sertifikasi oleh Kepala Unit Pelaksana Teknis Pengujian Sertifikasi Mutu Barang-Lembaga Tembakau Desak Nyoman Siksiawati.
Dalam paparan tersebut dijelaskan apa saja yang dibutuhkan oleh sebuah pasar rakyat atau pasar tradisional untuk bisa diberikan sertifikasi sekelas SNI. Mulai dari tampilan pasar, kebersihan, papan petunjuk arah penggolongan barang, jarak antar kios, sampai toilet, dan parkir juga tidak luput dari penilainnya.
Apakah pasar rakyat atau pasar tradisional tersebut? Pasar tradisional adalah pasar yang pelaksanaannya bersifat tradisonal tempat bertemunya penjual pembeli, terjadinya kesepakatan harga dan terjadinya transaksi setelah melalui proses tawar-menawar harga. Biasanya pasar tradisional umumnya menyediakan berbagai macam bahan pokok keperluan rumah tangga, dan pasar ini biasanya berlokasi di tempat yang terbuka.
Bangunan di pasar ini berbentuk toko dan kios. Toko semi permanen umumnya digunakan untuk berjualan aneka kue, pakaian, dan barang atau perabitan lainnya. Adapun los-nya yang digunakan untuk berjualan buah-buahan, sayuran, ikan, daging dan sebagainya. Penerangan di pasar tradisional secukupnya, dan tidak ber-AC. Kebersihan juga kadang kurang terjaga, seperti sampah banyak berserakan dan bertumpukan sehingga sering menimbulkan bau. Akibatnya jika turun hujan, akan becek dan kotor. Tapi semakin kesini kebersihan di pasar tradisional mulai di tingkatkan, bahkan sekarang ada pasar tradisional yang rapi dan bersih sehingga nyaman untuk dikunjungi.
Kalau kita sudah tahu minimal ciri-ciri sebuah pasar tradisional yang akan dikembangkan, dinilai, dan diberi sertifikat SNI, yang menjadi acuannya adalah adanya kompetitor pasar tradisional yaitu pasar modern.
Apakah pasar modern tersebut? Pasar modern adalah pasar pasar yang bersifat modern dimana barang dagangannya diperjual belikan dengan harga yang pas sehingga tidak ada aktivitas tawar menawar dan dengan layanan yang baik. Keunggulan pasar ini yaitu tempatnya bersih dan nyaman, pasar modern tidak hanya menjual kebutuhan sandang dan pangan saja, pasar tersebut juga menjual kebutuhan pokok dan sebagian besar barang dagangan yang dijualnya memiliki kualitas yang baik. Contoh tempat berlangsungnya pasar ini adalah di mall, plaza, swalayan dan tempat-tempat berbelanja lainnya, tentunya tempatnya bersih dan nyaman.
Definisi pasar modern yang lain adalah pasar ini penjual dan konsumen melihat label harga yang sudah tertera pada barang, pasar ini berada dalam ruangan dan juga pelayanannya dilakukan secara swalayan atau bisa juga dilayani oleh pramuniaga. Barang yang dijual umumnya memiliki kualitas yang baik.
Apakah benar pasar tradisional benar-benar dikalahkan dengan pasar modern? Jawabannya pasti tidak! Masing-masing pasr punya pelanggan sendiri-sendiri. Baik itu pasar tradisional maupun pasar modern. Namun jika keberadaan pasar tradisional tidak mau bebenah mengikuti jaman kekinian, bukan hal yang mustahil juga pasar tradisional nantinya akan menjadi sejarah.
Lantas apa saja yang seharusnya dibenahi dari sebuah pasar tradisional? Apakah hanya membenahi sebatas tampilan dan fisik semata? Sampai Radio Republik Indonesia dan didukung oleh Jawa Pos Radar Jember mengadakan radio pasar di pasar tanjung. Apa harapannya? Apakah bisa kalau hanya sebatas fisik saja yang dibenahi lalu diberi sertifikasi SNI?
Kalau boleh urun saran, membenahi sebuah pasar tradisional bukan hanya mebenahi sebatas tampilan fisik semata. Di sana berkumpul berbagai tipe dan macam sumber daya manusia. Masing-masing individu mempunyai keinginan sendiri-sendiri.
Jikalau masing-masing individual itu tidak berjalan dalam satu pemikian untuk membenahi apa yang mereka jual dan tawarkan, maka sia-sia sebuah perjuangan untuk mendapatkan pasar tradisional yang seperti diharapkan.
Mindset pedagang harus berubah. Meskipun konteks pasar tradisional itu menjual apa adanya, amun mindset berjualan komoditas harus ditanamkan supaya bisa menjadi berjualan sebuah produk. Tidak bisa tetap berpikiran bahwa mereka itu pedagang tradisional, tidak bisa juga berdagang dengan cara pikir tradisional.
Diberi pemahaman tentang packaging dan kebersihan misalnya. Itu masih berkutat di kebendaan saja, lanjut ke penataan psikologi diri. Pedagang yang hendak berjualan seharusnya tampil bersih, rapi, dan menari. Cara berbicara disampaikan dengan baik dan santun. Senyum dan sapa pelanggan. Tingkat kesabaran pedagang di uji saat ada pembeli yang menawar harga sampai habis.
Kalau tampilan fisik pasar rakyat atau pasar tradisional sudah bagus dan penataan barang dagangan sudah baik dan menarik masih ditambah dengan psikologi pedagang yang ramah selanjutnya harga yang ditawarkan juga relatif murah, maka harapan pasar rakyat dan tradisional akan cepat mampu bersaing dengan pasar modern.
Pembeli-pembeli kalangan muda dan intelektual diharapkan mau datang ke pasar tradisional yang sudah tidak lagi becek, kotor, bau dan kumuh. Intinya adalah benahi dulu sumber daya manusianya maka sumber daya yang lain akan mengikutinya. kalau hal itu terwujud maka pastikan rotasi ekonomi akan segera berputar cepat disana. Dan harapan demi harapan oleh siapapun pemangku kebijakan pasar rakyat atau pasar tradisional akan segera tercapai. Semoga bermanfaat!
*Agus Susanto
(housemusicjember@gmail.com)
Sumber: Jawa Pos Radar Jember Minggu, 28 Mei 2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar