Selasa, 12 September 2017

Buka Bersama Rektor UIJ Abdul Hadi

Tak Pernah Tinggalkan Salat Malam dan Duha

   Kebiasaan buka bersama keluarga di rumah menjadi kenikmatan tersendiri bagi Drs H Abdul Hadi MM. Meski banyak undangan buka bersama oleh berbagai pihak, Hadi, panggilan akrabnya, tetap berupaya mengutamakan bisa buka dirumah bersama istri dan anak-anaknya. Selain menambah keakraban, buka bersama keluarga di rumah mempunyai kesan dan kenikmatan luar biasa, meski mungkin hidangannya sederhana.
                                                      
SHODIQ SYARIF, Jember
                                                      


SAKINAH: Dalam kondisi apa pun Abdul Hadi (tengah) berusaha bisa buka bersama keluarga di rumah.
   RUMAH cukup besar dngan halaman lumayan luas di dekat sungai, Desa Seputih, Kecamatan Mayang, Jember, tampak asri dan menyejukkan. Apalagi dimusim puasa Ramadan, -seperti umumnya warga yang lain-keluarga Hadi juga riang gembira menyambut datangnya waktu Magrib, pertanda buka puasa. Terlebih di depan rumahnya juga terdapat musala sedang, untuk menampung salat tarawih malam harinya.
   Ayah lima anak, putri semua ini, merasa bersyukur tinggal diperdesaan, sehingga bisa menikmati suasana asli kehidupan orang desa termasuk ketika menyantap menu nuka, Hadi dan keluarganya tidak suka yang aneh-aneh, apalagi yang bernilai mahal. Bahkan setiap berbuka, kata dia, menunya cukup sederhana, ada sayur, sambal, dan ikan asin." uajrnya. kepada Jawa Pos Radar Jember.
  
                                   Optimis Bawa Kemajuan Kampus

   Namun ada sedikit suasana berbeda dibanding beberapa tahun sebelumnya. Yakni, puteri keduanya Naimatul Khoiriyah, sudah tiga tahun ini hampir tak sempat buka dirumah, karena kuliah di Surabaya."Jadi kami terkadang hanya ditemani dua anak dan istri," imbuhnya.
   Seperti banyak yang dilakukan keluarga lain, begitu mendengar azan Magrib, Hadi dan keluarganya cukup menyantap takjil, lalu salat Magrib berjamaah, baru makan nasi bersama-sama. Itu dilakukan Hadi sejak awal berumah tangga, dengan alasan agar tidak keburu-buru menikmati hidangan beratnya. Dan, itu dirasakan lebih nikmat dan menyegarkan.
   Selama bulan Ramadan, mantan aktivis Banser Mayang ini tak melupakan salat tarawih berjamaah dengan warga kampung di musala depan rumahnya. Bahkan dilanjutkan dengan tadarus Alquran hingga larut malam. Makanya, sepanjang ada undangan buka bersama di wilayah Jember, dia berusaha segera pulang, agar bisa salat tarawih bersama warga sekitar."Kalau saya tidak ada, rasanya jamaah kurang puas," imbuhnya.
   Di mata keluarga, pengagum Yeni Wahid ini tergolong kepala rumah tangga yang layak diteladani. Selain kesederhanaan dan ketabahannya, Hadi sangat peduli terhadap sesama, terutama warga kurang mampu. Ini bisa dimaklumi karena sejak kecil, dia terbiasa hidup sederhana, bahkan serba kekurangan.
   Demikian pula dalam hal ibadah, pria yang memiliki empat gelar akademik ini tak diragukan. Salat malam dan salat duha, hampir tak pernah ditinggalkan, kecuali dalam kondisi darurat atau sakit. Demikian pula salat berjamaah lima waktu, selalu diperhatikan, meski ada kegiatan penting."Selama masih bisa saya tinggal, salat berjamaah dulu. Dimana pun acaranya," katanya.
   Menjadi pejabat terus dikampus Universitas Islam Jember (UJI) sama sekali tidak terbayangkan sebelumnya oleh anak pertama tiga bersaudara ini. Dia mengenang bagaimana bisa kuliah di UIJ tanpa harus mengeluarkan biaya.Dia rela menjadi tukang sapu dan bersih-bersih rumput demi kelangsungan kuliahnya. Bahkan, saking ikhlasnya bekerja dikampus, Hadi dibebaskan dari membayar SPP hingga lulus. Kebaikan Rektor Uum AA (almarhum) itulah yang membuat Hadi tak pernah lupa terhadap almamaternya, yang kini malah dia pimpin sendiri.
   Yang jelas, sejak dilantik menjadi rektor pada 1 Juni 2015 lalu, banyak "keajaiban", sekaligus berkah yang mengiringi dirinya. Antara lain mengantarkan UIJ ke arah lebih baik dan dikenal publik, terutama warga NU sendiri. Bahkan di bulan Ramadan ini, lanjut mantan dekan FISIP ersebut, UIJ sekarang menambah tiga prodi baru."Insya Allah UIJ juga segera punya kampus baru," jelasnya, penuh syukur.
   Di mata keluarga UIJ, Hadi juga dikenal sebagai pimpinan yang tak suka menonjolkn diri. Bahkan dia sering mengalah pada bawahannya, jika menyangkut kebijakan yang dianggap lebih baik demi kampusnya. Dia menyadari kemampuan intelektualitasnya mungkin kalah dengan jajaran atau bawahannya. Namun dia tetap optimistis mampu membawa kemajuan kampus karena semangat kebersamaan dan saling menghormati.
   Meski jam kerja kampus dimulai pukul 08.00, namun mantan Cakades Seputih, Mayang, ini selalu datang lebih awal. Selain Ingin mengontrol kebersihan kampus, Hadi mempunyai tugas rutin yang sulit diwakilkan. Yakni, mengantarkan anak-anaknya sekolah di Baitul Amien, yang jam masuknya sebelum pukul 07.00."Mau tak mau saya harus berangkat pagi. Karena tak ada lagi yang bisa ngantar," jelasnya.
   Bukan itu saja, Mahasiswa S3 manajemen di Unej ini kerap mengerjakan sendiri hal-hal yang dianggap kurang pantas, karena kekurang pekaan karyawan. Dalam beberapa kebijakan, Hadi juga kerap mengambil jalan pintas sendiri demi kecepatan melangkah, daripada harus menunggu kesadaran bawahannya."Saya lebih baik dicaci, daripada dipuji, asal demi kebaikan UIJ," pungkasnya.(c1/sh)
Sumber: Jawa Pos Radar Jember Sabtu, 03 Juni 2017

Tidak ada komentar:

Posting Komentar