Senin, 11 September 2017

Menikmati Buka Puasa Bersama Camat Ambulu Sutarman

Manfaatkan Momen Ramadan Untuk Dekat dengan Rakyatnya

   Ramadan, banyak orang memilih berbuka dan sahurnya bersama bersama keluarga. Tidak demikian dengan Camat Ambulu, Sutarman. Hampir sepanjang Ramadan, lebih banyak digunakan untuk mengunjungi masyarakat melalui tarawih dan salat subuh berjamaah. waktu buka puasanya pun lebih banyak dilakukan di rumah dinasnya, di komplek Kecamatan Ambulu.
                                                                              
KHAWAS AUSKARNI, Jember
                                                                              

BUKA BERSAMA : Sutarman (batik coklat) aktif mendatangi
masjid-masjid di Ambulu untuk menyapa seluruh warganya.
   ADZAN magrib berkumandang pertanda tiba waktu berbuka puasa. Kala itu, Jumat (2/6) lau, Sutarman mengendarai mobilnya. Hari itu, dia baru sampai di Jenggawah dalam perjalanan ke Ambulu, sehabis mengahadiri seresehan: Saya Indonesia, di aula PB Sudirman Pemkab Jember.
   Dia mesti meninggalkan saresehan beberapa jam sebelum acara itu usai. Pasalnya, jelang tarawih sudah ada agenda Safari Ramadan yang menanti. Lokasinya saat itu adalah di Masjid Baitul Mukhlisin Dusun Sentong, Desa Karanganyar, Kecamatan Ambulu.
   Akhirnya dia memutuskan untuk menepi dulu pada salah satu masjid untuk berbuka dan jamaah salat magrib. Pak Tarman-panggilan akrabnya-- berbuka dengan nasi bungkusan yang dibagikan oleh para takmir kepada jamaah yang datang untuk berbuka dan salat magrib.

                    Akhirnya Pekan Untuk Acara Keluarga

   Safari Ramadan merupakan agenda yang hampir rutin dilakukan oleh Camat Ambulu dua periode itu, sejak awal Ramadan tahun lalu. Dalam acara itu, selain tarawih bersama dan shalat subuh berjamaah usai sahur, Pak Tarman juga menyampaikan imbauan-imbauan kepada warga tentang banyak hal.
   Waktunya untuk tarawih dan salat subuh berjamaah bersama warga Ambulu menuntutnya untuk lebih banyak berada di Ambulu. Dia jadi jarang pulang kerumahnya, di daerah Tegal besar Jember.
   Sehingga praktis, hampir sepanjang Ramadan ini jarang mempunyai waktu berbuka bersama keluarga. Kerapkali berbuka puasanya dilakukan di rumah dinas bersama petugas piket, meski hanya dua atau tiga orang saja.
   Pak Tarman biasanya baru bisa berkumpul keluarga intinya, saat akhir pekan. "Pada Sabtu atau Minggu biasanya saya baru bisa pulang setelah subuh, karena siangnya libur," ujarnya.
   Safari Ramadhan pada Jum'at (2/6) itu pun sedikit berbeda dari biasanya. Momentum Hari Lahir Pancasila yang jatuh pada 1 Juni, masih terasa malam itu. Pesan dia kepada jamaah, menekankan persatuan bangsa, ukhuwah Islamiyah, dan imbauan untuk mewaspadai aliran-aliran radikal.
   Beberapa kali di atas mimbar, dia berpesan pada jamaah yang hadir agar cinta kepada tanah air."Hal itu adalah prinsip. Sebab, jika sesorang mencintai tanah airnya, maka secara otomatis dirinya akan mencintai dirinya, juga keluarganya," jelasnya.
   Sekilas, orang nomor satu di Kecamatan Ambulu itu seperti ustadz saja. Sesekali dia berdalil dengan mengutip hadist Rasulullah."Hubbul Wathan Minal Iman. Mencintai Negara Sebagian dari Iman," ujarnya dengan mantap, sambil disaksikan secara oleh segenap jamaah.
   Selain perkara kebangsaan, hal-hal keamanan seperti agar mengantisipasi maraknya pencurian jelang lebaran. Juga agar menghindari pembelian barang konsumsi yang tidak layak makan turut menjadi bagian dari poin ceramah Safari Ramadannya malam itu.
   Ceramah Sutarman hanya sekitar setengah jam. Setelah itu dilanjutkan dengan musabahan atau bersalam-salaman dengan seluruh jamaah.
   Kepada Jawa Pos Radar Jember, dia mengungkapkan bahwa selain aspek ketaqwaan, baginya Safari Ramadan adalah upayanya untuk lebih menyatu dengan warga Ambulu."Berupaya lebih membumi dan merakyat," katanya.
   Bahkan, dalam banyak kesempatan Safari Ramadan dirinya sengaja tidak memberi informasi kunjungannya kepada kepada desa ataupun kasun setempat. Tujuannya, agar tuan rumah (pemerintahan desa) tidak sibuk-sibuk untuk mempersiapkan jamuan."Saya ini kan tujuannya untuk jamaah tarawih dan bertemu warga. Sehingga tidak perlu diberi jamuan yang justru merepotkan tuan rumah seperti itu," tuturnya.(hdi)
Sumber: Jawa Pos Radar Jember, 04 Juni 2017

Tidak ada komentar:

Posting Komentar