Selasa, 12 September 2017

Buka Puasa Ala Kholid Ashari, Pemilik Senyum Media Group

Rutin Keliling Berbuka dengan Staf, Sempatkan Akhir Pekan untuk Keluarga

   Puasa tahun ini, kesibukan Kholid Ashari jauh lebih padat dibanding bulan puasa tahun-tahun sebelumnya. Selain mendapat amanah sebagai pemimpin di salah satu lembaga di bawah Muhammadiyah, Kholid juga tengah fokus menyelesaikan kuliah pascasarjananya dan sekaligus membangun proyek besar yang sekian lama dimimpikannya.
                                            
ADI FAIZIN,Jember
                                            


JAGA KEBERSAMAAN: Kholid Ashari saat berbuka bersama di salah satu toko
yang akan ia buka di Jalan Trunojoyo, bersama kolega dan karyawannya.
   "SEJAK tahun 2016 ini memang menjadi kesibukan saya yang sudah padat, kini menjadi semakin bertambah padat lagi," tutur Kholid Ashari, pengusaha stationery saat berbincang dengan Jawa Pos Radar Jember.
   Sore itu, di tengah kepadatan aktivitasnya Kholid dengan ramah menyambut Jawa Pos Radar Jember. Bagi mereka yang sering berlalu lalang apalagi yang berkuliah di kawasan kampus, tentu sudah tak asing dengan bisnis yang dimiliki Kholid Ashari, Senyum Media Stationery.
   Berawal dari agen koran dari persewaan komik yang ada di Jalan Kalimantan, bisnis pria asal Pemalang tersebut kini telah tumbuh pesat. Total, kini Kholid memiliki 3 roko di kawasan kampus dan sebuah toko di Bondowoso, di bawah payung bisnis Senyum Media Group. Kesemuanya sama-sama bergerak di penyediaan alat tulis kantor dan sejenisnya.
   
                      Sabtu - Minggu Khusus untuk Acara Keluarga

   Semuanya tumbuh berkat kegigihannya. Sembari berkuliah di Fakultas Ekonomi Universitas Jember, Kholid tekun berbisnis."Sejak semester 3, saya mulai jualan koran. Jadi saya sungkan kalau bergelar sarjana ekonomi, lebih tepatnya mungkin sarjana koran majalah," kelakar Kholid.
   Setelah berkembang pesat, pertengahan tahun lalu peluang bisnis datang menghampiri Kholid. Sebuah gedung lima lantai di kawasan Jalan Trunojoyo, ditawarkan kepada alumnus MAN Pemalang itu. Memiliki toko di pusat kota memang menjadi impian besar Kholid sejak lama."Cita-cita saya dari dulu adlah punya toko minimal 4 lantai di pusat kota, dengan luas sekitar 2 ribu meter persegi. Kalau yang sebelumnya, di total luas lahan toko saya barus sekitar 1.500 meter persegi," tutur suami dari Endang Budiarti ini.
   Setelah menimbang dengan masak, pada Oktober 2016 Kholid akhirnya mengakuisisi gedung tersebut dengan nilai fisik bangunan Rp 19 miliar. Modal sebesar Rp 6 miliar ia gelontarkan untuk merenovasi gedung yang namai Senyum Media Trunojoyo tersebut.
   Begitu antusiasnya, Kholid sempat sakit karena berhasil memiliki gedung dengan nilai yang ia anggap cukup besar dibanding bisnis sebelumnya."Saya sampai sakit selama 1 minggu. Istri kemudian memotivasi sehingga saya mantap untuk melanjutkan bisnis ini," jelas Kholid.
   Secara bertahap, gedung tersebut ia renovasi dan selesai pada awal puasa ini. Selain fokus mengembangkan bisnis, sejak tahun 2016, Kholid memiliki dua kesibukan baru. Ia mendapat amanah untuk mengurus salah satu lembaga di bawah Pengurus Daerah Muhammadiyah (PDM) Jember. Dari amanah tersebut, ia juga mendapat dorongan untuk melanjutkan kuliah di almamaternya, yakni Magister Manajemen Universitas Jember.
   "Saya memang lahir dan besar dari keluarga Muhammadiyah, tapi sebelumnya belum punya Nomor Baku Muhammadiyah (NBM, semacam kartu anggota, Red). Karena saya wirausaha, saya masuk ke Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan (MEK) Muhammadiyah," tutur Kholid.
   Dari tujuh orang yang masuk ke MEK PDM Jember, dilakukan voting untuk memilih ketua. Kholid akhirnya terpilih menjadi ketuan dengan misi memajukan kewirausahaan para saudagar Muhammadiyah.
   Tak cuma di Muhammadiyah. Kholid juga memiliki kedekatan dengan kalangan nahdliyin -sebutan warga NU. Ia menjadikan almarhum KH Muchit Muzadi sebagai panutannya. Ini antara lain karena toko miliknya berdekatan dengan Masjid Sunan Kalijogo, yang diasuh kakak kandung almarhum KH Hasyim Muzadi itu."Kiai Muchit sudah seperti ayah buat saya. Beliau yang berjasa dalam pernikahan saya," kata pria kelahiran 16 Januari 1967.
   Ia punya cerita menarik tentang hal ini. Saat ia akan menikah dengan istrinya, pihak calon mertua tiba-tiba menunda hingga setahun karena ada kerabatnya yang meninggal. Saat itu, Kholid muda sempat gelisah. Ketika meminta nasehat, KH Muchit menyarankan agar ia sabar menanti. Sang kiai juga berjanji akan menjadi wali saat ia menikah nanti. Nasehat itu akhirnya ia turuti.
   "Ndilalah (ternyata, Red), ketika saya akan menikah, H-1, KH Muchit diundang Gus Dur ke Jakarta. Akhirnya diwakilkan ke Ust Baharuddin Rosyid (ketua Muhammadiyah Jember). Jadi istilahnya saya diserahkan dari NU ke Muhamadiyah," cerita Kholid sembari tersenyum.

   Didorong Melanjutkan Kuliah
   Setelah mendapat mengurus lembaga ekonomi Muhamadiyah, Kholid mendapatkan saran dari beberapa koleganya di Unej untuk melanjutkan pendidikan. Saran itu ia terima. Setelah 24 tahun lulus kuliah, Kholid sejak 2016 kembali berstatus sebagai mahasiswa di Magister Manajemen Universitas Jember.
   Ia memang tidak sepenuhnya meninggalkan dunia akademis. Sejak dua tahun terakhir ia juga menjadi dosen tamu untuk mata kuliah kewirauashaan di Unej.
   "Saya mendapatkan ajakan dari pak M. Saleh untuk ambil S2. Rekomendasinya dari Pak Fatkhurrozi (dekan FEB Unej) dan Prof Andi Sularso (Kaprodi MM Unej)," jelas bapak tiga anak itu.
   Kholid bersyukur, dengan tambahan kesibukan seperti itu, ia masih bisa menjalankan kuliah dengan lancar."Alhamdulillah, besok semester tiga sudah mulai nulis thesis," tutur Kholid.
   Pada bulan puasa kali ini, Kholid memiliki program untuk berbuka puasa dengan berkeliling ke berapa toko miliknya. Hari Minggu (28/05) kemarin, ia juga berbuka puasa beberapa kolega dan karyawan di toko baru miliknya yang ada di Jalan Trunijoyo."Pada bulan puasa ini, saya memang menyediakan menu berbuka untuk seluruh karyawan saya. Jadi mereka tidak perlu bawa sendiri. Selain agar konsentrasi, juga agar ada kebersamaan dan tidak ada ketimpangan menu makanan," tutur pria berkacamata ini.
   Seperti tahun-tahun sebelumnya, sesekali ia juga mengajak anak istrinya untuk berbuka puasa bersama para karyawannya yang kini jumlahnya mencapai sekitar 150 orang. Dengan menu makanan yang sama, Kholid ingin agar anak istrinya juga ikut rasakan yang dimakan oleh para karyawannya.
   Berkeliling untuk berbuka puasa bersama itu, ia lakukan setiap Senin sampai Jumat. Adapun Sabtu dan Minggu, Kholid khususkan untuk berbuka bersama istri dan ketiga anaknya. Kholid mengaku tidak punya menu khusus untuk berbuka.
   "Saya hanya menghindari makanan dari gorengan, sehingga lebih banyak makanan dikukus atau dibakar. Karena alasan kesehatan saja. Istri dan anak juga mengikuti," tutur Kholid.
   Makan bersama di rumah, memang sudah menjadi kebiasaan Kholid. Sedari awal menikah, keluarga Kholid mengaku tidak terbiasa makan di warung apalagi restoran mahal. Selain itu, satu hal yang ia tekankan kepada anak dnan istrinya adalah makan secukupnya."Sesuai ajaran agama, jadi apa yang dimakan ya itu yang harus dihabiskan. Baik itu prasmanan ataupun tidak. Jadi tidak boleh ada sisa makanan yang dibuang, mubazir itu," pungkas Kholid.(c1/hdi)
Sumber: Jawa Pos Radar Jember Selasa, 30 Mei 2017

Tidak ada komentar:

Posting Komentar