Jumat, 11 Agustus 2017

Desa Jatimulyo Jenggawah, Desa Yang Dikenal sebagai Kampung Logo

Ikut Kontes Online, Kuli Bangunan Raup Jutaan Rupiah


Di Desa Jatimulyo Kecamatan Jenggawah,sekelompok anak kampunga aktif mendisain berbagai tipe logo. Mereka juga rutin mengikuti aneka jenis lomba bikin logo secara online. Dan dari hasil disain ini, mereka bisa meraup pendapatan jutaan rupiah per bulan.
                                                                         
                    KHAWAS AUSKARNI, Jember
                                                                            



RUTINITAS KAMIS MALAM: Kegiatan diskusi komunitas
Kampung Logo selalu diadakan di salah satu ruangan
Kantor Desa Jatimulyo, Kecamatan Jenggawah.
DI salah satu ruangan Kantor Desa Jatimulyo Kecamatan Jenggawah setiap Kamis malam sekelompok anak muda rutin menggelar pertemuan.

Mereka adalah para anggota Kampung Logo (kelompok desainer logo) yang muncul sejak Desember 2016 lalu. Sampai sekarang mereka masih aktif berbagi ilmu dan mengikuti kontes logo yang diselenggarakan sebuah situs online: 99designs.com.
Situs dari luar negeri ini tiap harinya menggelar kontes logo. Dalam sehari, situs tersebut menawarkan 60 kali kontes. Situs tersebut menerima pesanan logo dari klien secara online, kebanyakan dari Amerika dan Australia.
Lantas, situs mengkonteskannya pada para desainer logo yang namanya sudah terdaftar dan memiliki akun resmi dari situs tersebut.
Desain logo yang terpilih dihargai sesuai dengan budget yang ditawarkan oleh klien pada awal penawaran kontes.

Bina 15 Anggota Aktif

Para desainer logo dari banyak negara pun ramai mengikuti kontes terbuka tersebut. Tak terkecuali. para pemuda dari Kampung Logo Desa Jatimulyo Kecamatan Jenggawah ini. Meski, mereka harus bersaing dengan para kompetitornya dari banyak negara dengan skill, pengetahuan, serta instrumen yang berbeda.
Tapi nyatanya, pemuda kampung dari Jatimulyo ini tidak kalah hebat. Beberapa kali logo ciptaan mereka mampu dilirik dan dipilih para client saat kontes.
Tak hanya berkiprah soal rutinitas ikut lomba bikin logo, komunitas ini juga tak pelit membagikan ilmunya pada anggota lain. Karena tiap Kamis malam itu, mereka saling sharing membahas tentang kiat terbaru tentang kontes logo digital.
Kampung Logo diinisiasi oleh dua pemuda setempat, yaki Agus Rizal Ardiansyah, 26, dan Dian Febriant, 28. Dua pemuda inilah yang awalnya ngajari pemuda Jatimulyo lainnya untuk belajar mendesain logo secara digital. Lantas ngajari teman-temannya, cara ikut bisa kontes.
Yang menarik, Rizal merupakan pemuda yang sehari-harinya berprofesi sebagai pedagang sandal. Dia belum pernah mengenyam pendidikan formal di bidang teknologi informasi. Sementara Dian, lebih menjurus lantaran berstatus sebagai lulusan sarjana Ilmu Komputer. Namun demikian, Dian mengenal kontes logo online justru dari Rizal, si pedagang sandal.
Semua pengetahuan tentang desain logo digital mulanya dipelajari oleh keduanya secara otodidak. Mereka mencari-cari tutorial pembuatan logo, hingga pengoperasian aplikasi corel draw melalui mesin pencari google. Lantas, dua pemuda yang sama-sama mengaku tidak fasih Bahasa Inggris itu mesti menterjemahakan kontes situs 99designs.com yang berbahasa Inggris denan google translate. "Kami mempelajarinya benar-benar dari nol. Dengan fasilitas seadanya pula," ujar Dian.
Setelah merasa sudah cukup pengetahuan seluk beluk desain logo online, lantas mereka mengajak pemuda setempat yang berlatar belakang pengangguran --beberapa lainnya pekerja serabutan-- untuk ikut bergabung.
"Kami ingin memberdayakan pemuda sini yang sedang menganggur. Awal-awal belum kita namai Kampung Logo. Saya kumpul-kumpul untuk belajar desain logo online bersama," kata Rizal yang mengaku mampu meraup untung antara Rp 6 juta - Rp 20 juta per bulannya dari kegiatan tersebut.
Aktifitas belajar tersebut, mulainya mereka lakukan di emperan kantor desa setempat. Alasan pemilihan komplek kantor desa sebagai titik kumpul lantaran keduanya juga aktif di Karang Taruna Jatimulyo.
Pada perjalanannya, kreativitas sekelompok pemuda itu dilirik oleh Buhari, kepala desa setempat. Lantas, mereka diperkenankan untuk menempati salah satu ruangan kosong di kantor desa. Ruangan itu juga dilengkapi dengan perangakat penunjang, seperti komputer, proyektor untuk presentasi, meja, kursi, dan perlengkapan penunjang lainnya.
Setelah itu, barulah nama Kampung Logo resmi dimunculkan. Nama tersebut disesuaikan dengan aktivitas yang sedang mereka seriusi, mendesain logo, yang dilakukan oleh kumpulan pemuda kampung di kampng tersebut.
Hingga saat ini, Kampung Logo memiliki 15 anggota yang aktif mendesain dan mengirimkan logo karyanya pada situs lomba online. Sebenarnya lebih banyak lagi yang sempat belajar. Namun, beberapa ada yang memutuskan tidak melanjutkan lantaran alasan tertentu. "Kalau tidak ada passion, biasanya mereka tidak tertarik dan enggan melanjutkan," jelas Dian.
Salah seorang anggota Kampung Logo yang cukup produktif, Romli, 23, mengaku jika selama sembilan bulan belajar dan mengikuti kontes logo, ia sudah meraup keuntungan berkisar Rp 100juta. Padahal, Romli dulunya hanyalah seorang kuli bangunan tamatan SMA.
Romli bercerita, bahwa ia sampai menjual handphone miliknya untuk membeli laptop kualitas standar. Selain mesti belajar desain digital, ia juga dituntut belajar mengoperasikan komputer dari nol."Saya sebelumnya tidak bisa pegang komputer. Apalagi pengetahuan digital dan online," paparnya polos.
Dia berkisah tentang pengalamannya belajar desain logo online. Sebenarnya, membuat logo online merupakan kerja kreatif. Tidak terlampau dituntut untuk menguasai keahlian digital secara detail. Lebih dari itu, diperlukan kemampuan mengoperasikan aplikasi corel draw.(was/hdi)
                                Sumber Jawa Pos : Radar Jember  Minggu , 14 MEI 2017

Tidak ada komentar:

Posting Komentar