Selasa, 12 September 2017

Alfan Wirawan Noerrochman; dari Fixie, Menjejak ke Luar Negeri

Kompetisi Pertama, Puas di Posisi 20 Besar Dunia

   Kegemarannya bersepeda fixie membuat Alfan Wirawan Noerrochman kerap mengikuti berbagai kompetisi jenis fixed gear tersebut. Yang paling berkesan adalah kompetisi internasional pekan lalu, yang menjadi event mancanegara pertama yang dia ikuti.
                                                                  
LINTANG ANIS BENA K,Jember
                                                                  


EVENT INTERNASIONAL PERTAMA: Bersama tim Bidonesia asal Jakarta, Alfan Wirawan Noerrochman
(belakang tengah) baru saja menyelesaikan lomba criterium atau balap sepeda di Ipoh, Malaysia, pekan lalu.
   JIKA dikaitkan dengan olahraga sepeda, nama Alfan Wirawan Noerrochman tentu tidak bisa ditinggalkan begitu saja. Di jember, Alfan termasuk salah seorang pemuda yang getol bersepeda. Tak hanya dalam kegiatan sehari-hari, dirinya juga 'bekerja' bersama sepeda fixed gear kesayangannya. Dengan beberapa orang rekan kuliahnya, mereka membentuk layanan bike messenger yang menjadi jasa pengantar barang di kawasan kota Jember.
   Selain aktif sebagai bike messenger, Alfan juga tak pernah absen mengikuti lomba-lomba balap sepeda yang diadakan di berbagai tempat di Indonesia. Untuk memperluas jaringan serta menambah pengalaman, beberapa waktu lalu dirinya menjajal kompetensinya dengan unjuk gigi dalam kompetisi lomba balap sepeda di tingkat internasional. Event pertamanya adalah Ipoh Cycle Festival (ICF) 2017.

                                 Berlatih di Jalur Kelurahan Bintoro

   ICF adalah kompetisi internasional yang diikuti oleh ratusan peserta dari berbagai negara. Merujuk pada media sosialnya, peserta IFC 2017 berasal dari Australia, Brunei Darusalam, Irlandia, Indonesia, Afrika Selatan, Mexico, Perancis, Inggris, Skotlandia, hingga Italia dan Belanda. Terdapat beragam varian lomba yang digelar. Salah satunya adalah criterium.
   Criterium merupakan jenis balap sepeda yang khusus dibuka untuk peserta fixed gear. Sirkuitnya dibuat di kawasan tengah kota dengan menggunakan jalan beraspal."Jadi semacam street race, tapi ada sirkuitnya," tutur Alfan.
   Indonesia mengirimkan dua tim serta satu individu. Salah satunya adalah tim Bidonesia yang berasal dari Jakarta. Alfan menjadi satu-satunya peserta asal Jember yang tergabung dalam tim tersebut."Yang lainnya dari Jakarta semua," lanjutnya.
   Ini tentu menjadi kendala. Sebab, criterium adalah olahraga tim. Dengan terpisah jauhnya Alfan dengan empat temannya di Bidonesia, dirinya harus mencari cara untuk berlatih menempuh jarak yang begitu panjang dengan tingkat kesulitan yang tinggi."Ya mau tidak mau latihan sendiri di rumah, pakai roller. Kadang lewat jalur Bintoro," kenangnya.
   Sebelum ini, Alfan memang kerap berkeliling Jawa untuk mengikuti kompetisi fixed gear. Terakhir sebelum berangkat ke Ipoh, 180 kilometer barat laut Kuala Lumpur, dia sempat singgah di Jakarta untuk mengikuti lomba di JIExpo. Tak tanggung-tanggung, dua kategori lomba dia ikut sekaligus yaitu criterium dan messenger race."Mesengger race ini bentuknya nganterin paket," imbuhnya.
   Jelang pelaksanaan lomba, kata dia, tak banyak yang perlu disiapkan. Yang paling penting adalah fisik dan mental, untuk menghadapi perlombaan pertamanya di mancanegara. Tantangannya adalah membawa sepeda dari Jember."Sepeda dibawa dari Jember, tapi beberapa bagian sepeda sudah disiapkan dari Jakarta," terangnya.
   Ini menjadi persoalan tersendiri, mengingat ada banyak bagian sepeda yang harus disiapkan. Misalnya wheelset atau ban sepeda yang memiliki spesifikasi khusus."Kalau part yang aku pakai yang buat sehari-jari saja," akunya.
   Di Ipoh pun Alfan harus berjibaku bersama empat temannya."Setelah turun dari Kuala Lumpur Internasional Air-port, terus ke Ipoh yang jaraknya sekitar 180 kilometer. Malamnya ambil race pack sebelum besoknya race," terangnya. Sebagai informasi, ICF 2017 digelar pada 27-30 April, dan criterium-nya digelar pada 28 April tengah malam.
   Belum lagi ini kali pertama dia berpergian ke luar negeri tanpa ditemani orang tua dan kerabat satu pun. Hal tersebut menjadi tantangan tersendiri. Namun dirinya merasa beruntung karena teman-temannya selalu mendukung sebagai yang termuda dalam tim tersebut."Di sini kita satu tim ada empat orang, dan kita saling mendukung. Dan dibantu sama sponsor juga," ungkap Alfan.
   Ini kali pertama Alfan mengikuti kompetisi di level internasional. Sebelum ini perlombaan yang dia ikuti hanya di lingkup nasional. Alfan mengaku cukup nervous, sebab lawan-lawannya jauh lebih kuat dibandigkan sebelumnya.
   "Yang pasti nervous. Sebab kita belum tahu gimana kekuatan lawan-lawan internasional di sini. Tapi yang penting percaya diri dan percaya sama temen setim. Di criterium syaratnya ketua tim tida ikut berlomba, jadi dia mengawasi," terang Alfan.
   Namun, Alfan dan tim Bidonesia bisa berbangga hati. Pada kompetisi pertama tingkat internasional, mereka meraih posisi 17 dari lebih dari 50 peserta yang terdaftar. Mereka berhasil melalui 2,2 kilometer track dengan satu final lap selama 35 menit."Rasanya lega, lumayan bisa masuk 20 besar, sudah bagus untuk kompetisi pertama di luar negeri," ujarnya.
   Dihubungi via Blackberry Messenger usai perlombaan, Alfan mengaku lawan-lawan yang mereka temui di arena sangat berat. Maklumsaja, kebanyakan peserta berasal dari kalangan profesional yang sudah kerap berlaga di berbagai jenis kompetisi."Mayoritas lawannya memang atlet semua," imbuhnya.
   Dari kompetisi ini, Alfan belajar satu hal yang sangat penting. Yaitu kekuatan mental dan soliditas tim."Nomor satu, mental harus sangat kuat, terus harus bisa kerja sama dengan tim yang solid. Selain itu harus bisa baca alur lomba dan kekuatan lawan," tegasnya.(c1/har)
Sumber: Jawa Pos Radar Jember Senin, 15 Mei 2017

Tidak ada komentar:

Posting Komentar